BBB disini bukan
singkatan dari BlackBerry-Behel alias salah satu ciri anak gaul paling
mutakhir. BBB disini adalah singkatan dari ‘busuk-busuk birokrat’. Sebelum saya
memulai, saya ingin mengkonfirmasi bahwa tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menyerang
pihak-pihak tertentu, namun hanya sebagai bahan obrolan semata. Obrolan di kala
menyeruput secangkir kopi.
Area Abu-Abu
Beberapa waktu terlibat
obrolan dengan dua orang PNS, yang satu struktural, yang lainnya fungsional
yang juga masuk ke dalam struktur. Saya menahan tawa ketika pembicaraan sampai
ke masalah lingkungan kerja. Keduanya mengakui bahwa dalam struktur kepegawaian
Pegawai Negeri Sipil (baca: birokrasi) di negara ini sudah tak ada lagi area
putih. Pegawai yang paling bersih sekalipun –kalau benar-benar bersih—hanya
bisa bertahan di area abu-abu, baik secara vertikal (atasan-bawahan) maupun
horizontal (kolega dan rekanan) bila tidak ingin ditolak oleh sistem.
Maksudnya, tidak secara langsung melakukan penyimpangan diluar yang sudah
terlanjur menjadi noda kerak pada sistem pun sudah termasuk baik, sangat baik.
Malah, yang secara terang-terangan ingin benar-benar putih hanya akan ditendang
keluar oleh sistem.
Saya dibesarkan di
keluarga yang perekonomiannya ditopang oleh PNS yang dalam struktur kepegawaian
berada di posisi yang cukup tinggi. Tak jarang sebagai seorang birokrat –
disamping posisinya sebagai pegawai fungsional—orang tua saya berangkat tepat
setelah shubuh untuk bermain golf dengan pejabat A, rapat di siang hari dengan
kolega dan rekanan, dan pulang larut setelah makan malam dengan pejabat B. Semuanya
dibungkus dengan manis dalam satu kata, lobi.
Selain honor dari
pekerjaan sampingan (yang benar-benar legal karena hanya berhubungan dengan
posisi fungsionalnya), hampir selalu ada ‘amplop’ tambahan yang meskipun tak
seberapa –sepersekian gaji pokok PNS golongan IV—tapi tak benar-benar putih. Setiap
hari raya, selalu ada bungkusan yang (lagi-lagi) tak seberapa, tapi (lagi-lagi)
tak benar-benar putih karena yang mengirim adalah rekanan X dan Y serta kolega
Z. Sebuah konsekuensi dari kehidupan di area abu-abu birokrasi instansi
pemerintahan.
Sistem yang Kusam
& Pintu Belakang
Bila ditanya apakah masih
ada pegawai struktural (secara keseluruhan, meskipun mau tidak mau tatapan "istimewa"
diberikan kepada mereka yang digaji dengan uang rakyat) yang benar-benar
bersih, mungkin agak sulit mengiyakannya. Sebersih-bersihnya, pegawai adalah
bagian dari sistem yang mau tidak mau –bahkan sebagian benar-benar mau—ikut terpengaruh
oleh sistem. Bila kita memandang sistem birokrasi di negeri ini sudah kusam,
mau tidak mau kita memandang komponen strukturnya (para birokrat) juga sebagai
sesuatu yang kusam.
Sudah menjadi rahasia umum, membuat KTP dan
SIM bisa lewat belakang, masuk ke sekolah negeri favorit bisa lewat belakang,
bahkan menjadi Pegawai Negeri bisa juga lewat belakang. Tak mungkin ada bagian
dari sistem yang tidak mengetahui sama sekali tentang hal ini, bahkan orang
yang paling bersih. Namun, sistem yang terlanjur kusam dengan mudah membiarkan
oknum-oknum ‘hitam’ membuka pintu belakang bagi siapa pun yang mampu masuk. Sekarang
masalahnya, tidak ada lagi bagian –bahkan oknum—yang benar-benar putih. Maksudnya,
bahkan anggota struktur yang paling mulia sekalipun punya akses ke pintu
belakang tadi. Semua tahu syaratnya, yang terangkum dalam satu kata yang saya
bicarakan diatas, lobi. Semua yang penghuni area abu-abu birokrasi mau tidak
mau punya kekhasan, BBB (busuk-busuk birokrat), yang mencakup mulai kekuatan
koneksi hingga pelicin.
Menggosok Sistem
Saya pernah membaca
artikel sebuah majalah yang cukup terkenal yang membahas PNS-PNS muda yang
berusaha untuk tidak menjadi korban sistem. Langkah pertama telah mereka
tempuh, menjadi PNS secara benar-benar legal, tanpa koneksi maupun pelicin.
Berikutnya, perjuangan mereka menahan pengaruh sistem yang bahkan diakui tidak
mudah. Semoga saja ada lebih banyak yang berminat untuk ikut berpartisipasi “menggosok”
sistem birokrasi kita yang sudah kusam karena oknum-oknum tertentu. Semoga
suatu saat area putih bisa kembali hadir di ranah birokrasi yang sekarang hanya
terdiri dari abu-abu dan hitam. Semoga.