“Galau-galau gelisah
gimana, gitu.” Ungkap seorang teman ketika ditanya kabarnya. Bila negara
Indonesia bisa bicara, mungkin ia akan mengemukakan jawaban serupa bila ditanya
bagaimana kabarnya. Indonesia tengah berbenah untuk menjadi tuan rumah SEAGAMES.
Timnas sepak bola Indonesia masih melaju di prakualifikasi piala dunia setelah
menumbangkan (walau dengan tipis) Turkmenistan beberapa waktu lalu. Meski
begitu, ada hal lain yang lebih menarik perhatian media massa. Berita tentang
oknum (mantan) petinggi partai yang berkuasa, ditambah berita penyalahgunaan
bahan bakar minyak bersubsidi di kalangan masyrakat, juga berita tentang
masalah yang menerpa mahkamah tertinggi di negeri ini jauh lebih laris
dipublikasi. Sepertinya bangsa ini kekurangan waktu untuk bersenang-senang
karena terlalu banyak masalah (yang sebenarnya tidak terlalu) penting untuk
dipikirkan. Bangsa ini sedang galau. Berat.
Galau, adalah sebuah kata
yang bisa merangkum keadaan-keadaan seperti bingung, cemas, dan gelisah yang
masih dibumbui harapan. Sebagai sebuah kondisi, galau identik dengan penampilan
luar yang lemah, letih, lesu, dan sebagainya. Namun, karena masih mengandung
harapan, galau tidak secara langsung menjadikan pengidapnya seperti mayat
hidup. Orang (atau negara) yang galau masih bisa tersenyum, setidaknya dengan
miris. Senyum yang dikeluarkan sambil berkhayal (atau berharap) akan perubahan
kearah yang lebih baik, sambil bergumam dalam hati. Semoga.
Secara normal, galu
tidaklah permanen. Seiring waktu, peristiwa-peristiwa yang terjadi bisa
mengubah galau menjadi rasa nyaman atau malah memicu frustasi. Seiring waktu
pula, senyum miris karena galau akan tergantikan oleh senyum manis atau malah
wajah yang cemberut kesal. Segala hal bisa terjadi setelah galau berlalu. Tapi
sebelum itu, galau ya galau. Teman saya yang galau entah karena apa, saya
sendiri yang juga galau entah karena apa, dan negara Indonesia yang galau
karena tak tahu harus apa, hanya bisa berusaha agar galau cepat berlalu. Galau.
tapi kelelahan dan kegalauan, semuanya siklus, semoga cepat berlalu..
ReplyDeleteAamiin
ReplyDelete